Sabtu, 20 April 2024 Login
IMG-LOGO
Sekilas Info :
Ada Masalah Tentang Pembangunan & Pelayanan Publik Kapuas...! Silakan LAPOR Via SMS ke 1708 (ketik KAPUAS (spasi) Isi Aduan kirim ke 1708. Selamat Datang di Website SIBER (Sistem Informasi Berita Terintegrasi)
A R T I K E L

Literasi Media Ajang Kritis Dan Kreatif

by Admin SIBER - 2018-10-03 08:25:00 1,132 Dibaca
Literasi Media Ajang Kritis Dan Kreatif
Literasi Media Ajang Kritis Dan Kreatif

oleh:

Dr. Rusma Noortyani, M.Pd. (Dosen FKIP ULM/Ketua Yayasan Nur Amalia)

(Baca Juga : Metode Keteladanan Orang Tua)

 

Kemajuan teknologi saat ini muncul berbagai macam bentuk media yang berkembang di seluruh lapisan masyarakat. Media yang berkembang diantaranya media sosial seperti facebook, twitter, line, WA, dan IG. Pesan dari media dikonstruksikan dengan bahasa yang kreatif sesuai dengan pengaturan pada sistem. Kita pengguna memaknai pesan bergantung dari pemahaman atas pesan yang ditangkapnya dari media. Media mempunyai sudut pandang dan mengandung nilai serta hampir semua pesan media memiliki kepentingan keuntungan ataupun kekuasaan.

Menyitir dari ajakan Plt.Kadis Kominfo Kabupaten Kapuas Dr. H. Suwarno Muriyat mengajak para pelajar SMAN 2 Kuala Kapuas agar memanfaatkan media sosial secara arif dan bijaksana. Sikap bijak terhadap media sosial adalah segala hal yang bermanfaat untuk peningkatan taraf hidup dan bersifat membangun persaudaraan dan kedamaian harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Seiring dengan Sabda Rasulullah SAW “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian. Hal tersebut dimaknai bahwa ilmu bersifat dinamis keeradaannya sesuai dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan. Melihat kondisi saat ini tayangan beragam dan informasi cepat tersebar bahkan 44% orang tua anak yang datang berkonsultasi ke Klinik Tumbuh Kembang melaporkan anaknya banyak menghabiskan waktu untuk menonton TV atau bermain elektronic video game.

Dampak negatif yang ditimbulkan jika tidak bijak dalam penggunaan media adalah anak menjadi kurang kooperatif dan sensitif dengan orang lain. Oleh karena ini diperlukan pemahaman literasi media dan menjadikan anak mampu untuk mengakses, menganalisis, dan menciptakan secara tepat. Literasi media merupakan pemahaman sumber, teknologi komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang dihasilkan, seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan tersebut.

Pemahaman literasi media pada tahun tujuh puluhan diperluas mencakup kemampuan untuk membaca teks film, televisi, dan media visual karena studi tentang pendidikan media dimulai dengan mengikuti pengembangan area media. Literasi media dikatakan juga sebagai proses mengakses, menganalisis secara kritis pesan media dan menciptakan pesan dengan menggunakan alat media. Dua komponen yang paling umum dari literasi media yaitu adanya kesadaran dari banyak pesan media dan kemampuan kritis dalam menganalisis dan mempertanyakan yang dilihat, dibaca, dan ditonton.

Saat pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan Rusma Noortyani (2018) dilakukan penilaian daftar panduan kecanduan media pada anak didik yang disikan oleh para guru dan orang tua siswa masing-masing didapatkan hasil jawaban Ya sebanyak 43,3% sedangkan jawaban Tidak sebanyak 56,7%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kecanduan media masih sedikit dibandingkan tidak kecanduan media. Selanjutnya disodorkan pernyataan pengecekan respon program literasi jawaban Ya sebanyak 73,6% sedangkan jawaban Tidak sebanyak 26,4&. Hasil tersebut dapat dikatakan respon yang baik untuk pemilihan program televisi yang edukatif.

Pemaparan mengenai lanskap budaya dari media menimbulkan tantangan bagi para guru dan orang tua. Dalam budaya digital dibutuhkan penguasaan akan kode yang berbeda dari bahasa yang berbeda yang mengharuskan semua pesan media dikonstruksikan.

Studi mengenai pendidikan media mengarah pada pembahasan pendidikan dalam hal menafsirkan, mempertimbangkan suatu masalah, dan memproduksi berbagai jenis teks ini secara kritis dan kreatif melalui penggunaan segala cara, bahasa, dan teknologi yang tersedia. Mengingat bahwa media tidak dapat dikecualikan dari program keaksaraan, penting saat ini untuk merefleksikan definisi “melek". Refleksi ini memeriksa pemahaman kembali konsep seperti melek huruf, melek media, melek digital, dan melek informasi. (hmskmf)

Share: