Jumat, 29 Maret 2024 Login
IMG-LOGO
Sekilas Info :
Ada Masalah Tentang Pembangunan & Pelayanan Publik Kapuas...! Silakan LAPOR Via SMS ke 1708 (ketik KAPUAS (spasi) Isi Aduan kirim ke 1708. Selamat Datang di Website SIBER (Sistem Informasi Berita Terintegrasi)
A R T I K E L

Menari dan Membangun Semangat Kebangsaan

by Admin SIBER - 2018-11-13 08:49:00 1,984 Dibaca
Menari dan Membangun Semangat Kebangsaan
Menari dan Membangun Semangat Kebangsaan

oleh:

Rusma Noortyani

(Baca Juga : Pembinaan Sikap Berbahasa Indonesia)

Dosen FKIP ULM/Ketua Yayasan Nur Amalia

 

Etnik Dayak terutama di Kalimatan Tengah terkenal dengan keindahan alam dan budayanya termasuk tarian. Salah satu tari yang dipertunjukkan adalah tari Giring-Giring. Tari Giring-giring merupakan tarian khas yang berasal dari suku Dayak di Kalimantan Tengah dan berkembang meluas hingga se antero Kalimantan. Tarian ini disajikan untuk menyambut kedatangan tamu-tamu istimewa atau acara lainnya. Keistimewaan dari tarian ini adalah penggunaan atribut yang khas yaitu dua tongkat berbentuk panjang dan pendek yang dipegang dan dihentakan saat menari. Bunyi aksesoris para penari mengiringi pergerakannya. Gerakan tangan dan kaki harus sama. Giring-giring menciptakan bunyi selaras dengan musik yang dimainkan. Lincah tangan dan kaki penari bergerak untuk menciptakan irama. Jumlah penari terdiri dari beberapa orang. Tarian ini pun tersaji pada saat Festival Tari Kebangsaan yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalteng bekerjasama dengan Dewan Adat Dayak (DAD) dan Polda Kalteng beberapa waktu lalu di Palangka Raya.

Budaya telah menjadi akar kehidupan nasionalisme dan patriotisme yang digambarkan dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bangsa merupakan suatu komunitas yang terbentuk dari keyakinan bersama dan komitmen yang saling menguntungkan, mempunyai latar belakang sejarah, berkarakter aktif, berhubungan dengan suatu wilayah tanah air tertentu, dan dibedakan dari komunitas lain melalui budaya publiknya yang khas (Miller, 1995). Sikap kebangsaan tercermin melalui cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Dephankam, 2001). Sikap semangat kebangsaan ini terjalin dengan adanya kesadaran bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan bersama oleh berbagai etnik yang ada di Indonesia. Seiring kutipan dari Bung Karno ”Suatu bangsa itu terbentuk berdasarkan the will to be together” (Renan, 1882).

Perjuangan para pahlawan menjadi bentuk dari sikap semangat kebangsaan. Sikap ini dapat dirasakan oleh pemuda masa kini dalam mengisi kemerdekaan yang telah diwariskan. Kesadaran adanya perjuangan para pendahulu yang rela gugur di medan perang tidak boleh disia-siakan oleh generasi saat ini. Sunardi (2003) mengonsepsikan kebangsaan atau wawasan kebangsaan dalam tiga komponen utama, yakni rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan. Pertama, rasa kebangsaan sebagai suatu perasaan rakyat, masyarakat, dan bangsa Indonesia terhadap kondisi bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa. Kedua, paham kebangsaan sebagai bentuk pemahaman rakyat terhadap negara Indonesia berdasarkan proklamasi kemerdekaaan 17 Agustus 1945. Ketiga, semangat kebangsaan menyatu secara sinergi antara rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Semangat kebangsaan tampak dari kualitas dan ketangguhan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman.

Seiring dengan kompleksnya perkembangan hidup masyarakat Indonesia yang berkaitan  ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kebangsaan sebagai upaya untuk menjaga integrasi dan solidaritas bangsa yang multietnik dan multikultur. Bangsa terbentuk secara historis sebagai komunitas rakyat stabil yang terbentuk atas dasar kesamaan bahasa, wilayah, kehidupan ekonomi, serta perasaan psikologis yang terwujud dalam budaya bersama (Stalin dalam Prayitno, 2004). Perilaku kebangsaan menjadi suatu tindakan warga negara Indonesia dengan wujud lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kelompok, menjunjung persatuan bangsa Indonesia, lebih menggunakan produk bangsa Indonesia daripada produk bangsa asing, menghormati simbol-simbol dan identitas nasional, menghargai dan toleran terhadap saudara-saudara sebangsanya.

Perubahan tingkah laku kebangsaan pada ranah kognitif memiliki pengaruh terhadap ranah afektif. Untuk mengubah ranah afektif, diperlukan dampak dari ranah kognitif sebagai awal dalam mempengaruhi sikap semangat kebangsaan. Dasar pembentukan kebangsaan bagi Indonesia terbentuk mulai sebelum kemerdekaan, proklamasi kemerdekaan, hingga saat ini setelah kemerdekaan. Bangsa Indonesia yang terdiri dari komunitas etnik tetap harus terorganisasi di wilayah Indonesia. Hal yang utama dilakukan saat ini dengan tetap menjamin semangat kebangsaan melalui etos kerja dan teladan para penyelenggara negara, elite politik, pimpinan partai, birokrat, dan penegak hukum, sampai setiap warga negara Indonesia merasa terlindungi dan memperoleh rasa keadilan sosial.(syatkmf)

Share: