Jumat, 29 Maret 2024 Login
IMG-LOGO
Sekilas Info :
Ada Masalah Tentang Pembangunan & Pelayanan Publik Kapuas...! Silakan LAPOR Via SMS ke 1708 (ketik KAPUAS (spasi) Isi Aduan kirim ke 1708. Selamat Datang di Website SIBER (Sistem Informasi Berita Terintegrasi)
A R T I K E L

Guru Warnai Hidup Siswa

by Admin SIBER - 2018-11-27 09:03:00 1,724 Dibaca
Guru Warnai Hidup Siswa
Guru Warnai Hidup Siswa

oleh :

Dr. Rusma Noortyani, M.Pd  (Dosen FKIP ULM/Ketua Yayasan Nur Amalia)

(Baca Juga : Gotong Royong Melalui Hatinya Pkk)

 

“Apa yang berbeda dari Guru Hebat” ini dituliskan oleh Prasetyo dan Ihsan. Buku tersebut menceritakan 12 guru hebat, diantaranya guru yang ketiga, Dhitta Puti S, anak muda yang cerdas, pekerja keras, dan up to date. Ketika seumuran Puti 11 tahun lalu, masih berpikir untuk bersenang-senang dan egois. Namun, Puti justru berpikir konsep pendidikan dan belajar yang dirumuskan dengan jelas, aplikasinya relevan, sangat bagus dan dapat diterima oleh siswa. Puti mengajar dengan bercerita, baik dari buku atau cerita karangannya sendiri. Puti mengajar bahasa Inggris dan Matematika juga Fisika, dia juga dosen bahasa Inggris. Sejalan dengan kisah guru kesebelas adalah ibu Pangesti Wiedarti. Kisah inspiratif dari bu Panges tentang kebiasaan ibundanya membacakan cerita sebelum tidur. Dari kisah kedua guru ini terekam kejadian bahwa bu Puti mengajar dengan bercerita dan bu Panges justru ibunya membacakan cerita pada anak. Hal ini selaras dengan tulisan Ki Hajar Dewantara menyatakan setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.

Penerapan metode bercerita dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mampu berkomunikasi dengan baik. Metode bercerita adalah suatu cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Metode bercerita memiliki tujuan antara lain (1) mengembangkan kemampuan berbahasa, yakni kemampuan menyimak, kemampuan berbicara dan menambah kosa kata yang dimilikinya, (2) mengembangkan kemampuan berpikir aktif karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik, (3) menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral dan agama, misalnya konsep benar-salah, (4) mengembangkan kepekaan social emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan, (5) melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan, dan (6) mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan (Gunarti, 2010).

Sama halnya dengan guru menceritakan cerita rakyat nusantara. Cerita rakyat bukan hanya merefleksi nilai-nilai sosial budaya masyarakat dahulu, melainkan mengantarkan nilai-nilai itu kepada masyarakat sekarang. Sebagaimana penyampaian kearifan lokal yang dapat diaplikasikan melalui cerita rakyat berdasarkan penelitian Noortyani (2016) mengajarkan pada siswa perilaku dan hidup masyarakat setempat, tanggung jawab, cinta damai, musyawarah, pertolongan, dan ikatan persaudaraan.

Guru yang mencintai profesinya akan mencurahkan semua perhatian, keahlian, dan intelektualitasnya untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Guru akan selalu berusaha maksimal untuk  berbuat dengan tekun dan teguh hati yang terbaik bagi siswa. Guru harus memiliki  loyalitas, tanggung jawab yang tinggi terhadap profesinya dan bertanggung jawab atas tercapainya  tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Bagi siswa, seorang guru itu merupakan sosok yang spesial. Asmani (2012) menyatakan guru merupakan sosok idola bagi siswa. Setiap siswa akan dipengaruhi oleh sosok guru mereka. Guru harus menjadi sosok yang patut diteladani oleh siswa. Ketika siswa melihat guru yang cerdas, guru yang menguasai dan dapat mengajarkan materi dengan baik, siswa akan termotivasi.

Cerita seorang guru yang memiliki kepribadian baik tentu akan dicontoh oleh anak didiknya. Ada beberapa cerita guru yang dapat direkam siswa, bahkan ada siswa kembali menceritakan kisah tersebut kepada orang tuanya. Ini membuktikan bahwa kenyataannya guru dapat memberikan pemahaman siswanya mengenai kehidupan. Bisa jadi siswa memiliki pemaknaan dan penilaian masing-masing terhadap cerita dari guru tersebut. Ada yang memersepsikannya secara negatif, sehingga menyimpan rasa kecewa yang mendalam atau meledak-ledakannya. Ada juga yang memersepsikannya secara positif, sehingga perasaannya sama sekali tidak terganggu bahkan sampai ada yang tertawa sampai puas. Cerita yang menyentuh siswa bisa mewarnai kehidupan mereka ke depannya. (syatkmf)

Share: