Kamis, 18 April 2024 Login
IMG-LOGO
Sekilas Info :
Ada Masalah Tentang Pembangunan & Pelayanan Publik Kapuas...! Silakan LAPOR Via SMS ke 1708 (ketik KAPUAS (spasi) Isi Aduan kirim ke 1708. Selamat Datang di Website SIBER (Sistem Informasi Berita Terintegrasi)
Kesehatan

World TB Day Tahun 2021 Bersama Promkes RSUD Kapuas di Radio Siaran Pemda

by RSUD KAPUAS - 2021-03-25 12:47:00 596 Dibaca
World TB Day Tahun 2021 Bersama Promkes RSUD Kapuas di Radio Siaran Pemda Tim Promkes RSUD Kapuas saat berkunjung ke Radio Siaran Pemerintah Daerah Kab. Kapuas 91,4 FM yang beralamat di Jalan D.I Panjaitan.
World TB Day Tahun 2021 Bersama Promkes RSUD Kapuas di Radio Siaran Pemda dr. Erny Indrawati dan Penyiar Radio Siaran Pemda Kapuas
World TB Day Tahun 2021 Bersama Promkes RSUD Kapuas di Radio Siaran Pemda dr. Erny Indrawati dan Tim Diskominfo

KUALA KAPUAS – RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui Tim PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) bersama dr. Erny Indrawati melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat memperingati Hari Tuberculosis Sedunia (World TB Day), Kamis (25/03/2021) pagi di Radio Siaran Pemerintah Daerah Kab. Kapuas 91,4 FM yang beralamat di Jalan D.I Panjaitan.

dr. Erny menjelaskan World TB Day diperingati setiap tanggal 24 Maret setiap tahunnya. Tema global tahun ini adalah “The Clock is Ticking” dan tema nasional yang dipilih adalah “Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa Dari TBC”.

(Baca Juga : RSUD Kapuas Laksanakan Vaksinasi Covid-19 Bagi Nakes Yang Belum Mendapatkan)

Ia mengatakan, TBC (saat ini disebut TB) merupakan penyakit menular yang dapat menyerang semua golongan masyarakat dan dapat menurunkan produktivitas, terjadinya kecacatan, dan bahkan kematian. Sampai saat ini sebagian masyarakat masih berpikir bahwa TB addalah penyakit keturunan yang dsebabkan oleh kutukan atau karena guna-guna, pamikiran seperti ini adalah keliru karena TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sebagian besar menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lain, misalnya kulit, tulang, otak, ginjal, kelenjar dan lain-lain. Kuman ini dapat bertahan hidup selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena matahari.

“Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan kasus TB yang tinggi, untuk menurunkan jumlah kasus diperlukan kerjasama semua pihak, dari diri pasien sendiri, keluarga, tenaga kesehatan, masyarakat, dan pemerintah,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan, gejala utama yaitu batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih. Gejala lain yaitu batuk bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, lemas, demam/ meriang berkepanjangan, berkeringat di malam hari tanpa melakukan kegiatan.

Ketika orang yang sakit TB batuk, bersin, berbicara maka kuman Tb akan keluar di udara, dan ketika udara yang telah mengandung kuman Tb tersebut terhirup oleh orang lain melalui saluran pernafasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian organ tubuh yang lain. “Jika daya tahan tubuh orang yang menghirup udara yang mengandung kuman tersebut lemah, maka orang tersebut menjadi sakit TB, tetapi jika daya tahan tubuhnya kuat, maka orang tersebut tetap sehat,” ungkapnya.

Berikut ini faktor-faktor risiko penularan, antara lain Pasien TB paru dengan kuman yang positif, sangat berisiko menularkan, Jumlah percikan dahak dalam udara, Kontak erat dengan pasien TB, Tinggal di daerah padat penduduk, Ventilasi rumah yang tidak memadai sehingga tidak ada pertukaran udara dan sinar matahari tidak dapat masuk, Tempat orang berkumpul, misalnya tempat kerja, asrama/ pesantren, sekolah, Orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan infeksi paru, Orang dengan penyakit HIV/ AIDS dan DM lebih mudah menjadi sakit TB, Orang dengan status gizi rendah, dan Bila kita menemukan orang dewasa dengan gejala seperti diatas maka kita bisa menyarankan atau membawa orang tersebut ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) untuk dilakukan pemeriksaan dahak, untuk mengetahui adanya kuman TB tersebut.

Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama TB pada anak. Tanda-tanda anak yang dicurigai TB  adalah Adanya kontak erat dengan pasien TB dewasa, Batuk lama selama 2 minggu atau lebih, Demam lama berulang tanpa sebab yang jelas selama 2 minggu atau lebih, berat badan tidak naik atau bahkan turun dalam 2 bulan terakhir, Lesu atau anak kurang aktif bermain, dan Yang penting adalah adanya kontak serumah dengan orang yang sakit TB dengan kuman yang positif. Karena anak-anak sulit mengeluarkan dahak maka untuk mamastikan diagnosa adalah dengan tes tuberkulin/ mantoux test, dan adanya gejala-gejala lain seperti diatas.

Pada orang dewasa, pengobatan berlangsung selama 6-8 bulan, tahap awal obat diminum setiap hari selama 2-3 bulan, dan dilanjutkan dengan tahap lanjutan pada tahap ini obat diminum 3 kali seminggu selama 4-5 bulan. Penderita TB harus didampingi seorang pengawas minum obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan berobat. Pada anak, obat diminum setiap hari selama 6 bulan, minum obatnya di depan pengawas minum obat (PMO).

Pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali pemeriksaan ulang dahak dengan mikroskop. Dahak diambil sebanyak 2 kali setiap pemeriksaan (sewaktu dan pagi). Jadwal pemeriksaan ulang dahak selama pengobatan : bulan ke-2, ke-5, ke-6 (akhir pengobatan). Pemantauan kemajuan pengobatan TB pada anak seperti Perkembangan anak (anak yang lemah menjadi kembali ceria), peningkatan berat badan, Pemantauan dilakukan setiap 2 minggu pada tahap awal pengobatan (2 bulan pertama) dan setiap bulan pada tahap lanjutan (4 bulan berikutnya).

Adapun cara mencegah penularan TB dapat dilakukan dengan menelan obat anti TB secara lengkap dan teratur sampai sembuh, menutup mulut saat batuk atau bersin, membuang dahak atau ludah di tempat tertutup, menjemur alat tidur, membuka jendela setiap pagi, Makan makanan bergizi, Tidak merokok dan minum minuman keras, olah raga teratur, dan Istirahat yang cukup.

"Untuk munurunkan kasus TB di masyarakat diperlukan peran serta masyarakat, antara lain dengan dibentuknya KADER TB, yang memiliki peran Memberikan penyuluhan tentang TB pada masyarakat, Membantu menemukan pasien TB yaitu orang-orang yang dicurigai TB disekitarnya yang kemudian merujuk ke PUSKESMAS, Membimbing dan memberikan motivasi pada PMO untuk selalu melakukan pengawasan menelan obat, Menjadi koordinator PMO, jika pasien tidak memiliki PMO maka kader dapat merangkap sebagai PMO, Jika menemukan pasien putus berobat dimotivasi supaya kembali berobat secara teratur sampai sembuh. Sehingga semboyan TOSS TB (Temukan, Obati Sampai Sembuh) pasien TB dapat terlaksana dengan baik dan kasus TB di Indonesia menurun dan hilang dari bumi Indonesia", pungkasnya. (PromkesRSUDKps/hmskmf)

 

Share: