Jumat, 29 Maret 2024 Login
IMG-LOGO
Sekilas Info :
Ada Masalah Tentang Pembangunan & Pelayanan Publik Kapuas...! Silakan LAPOR Via SMS ke 1708 (ketik KAPUAS (spasi) Isi Aduan kirim ke 1708. Selamat Datang di Website SIBER (Sistem Informasi Berita Terintegrasi)
A R T I K E L

Ibu Shibghah Pertama pada Anak

by Admin SIBER - 2018-12-17 07:55:00 1,123 Dibaca
Ibu Shibghah Pertama pada Anak
Ibu Shibghah Pertama pada Anak

oleh

Dr. Rusma Noortyani, M.Pd

(Baca Juga : Gotong Royong untuk HATINYA PKK)

Dosen FKIP ULM/Ketua Yayasan Nur Amalia

 

Seorang teman bertutur ku ingin kembali ke rahim ibuku. Ku ingin beliau membelaiku, mengelus, menyayangiku karena menunggu kehadiranku di dunia. Tuturan ini keluar dari seorang anak yang selalu mengingat semua tindak tanduk ibunya. Ibu akan menjadi teladan bagi keluarga terutama bagi anak karena dari sanalah akan tumbuh kepribadian anak secara bertahap. Ibu sebagai pendidik anak melalui kasih sayang dan perhatian yang diberikan. Karena perhatian dan kasih sayang tersebut, akan menimbulkan perasaan diterima dalam diri anak dan membangkitkan rasa percaya diri di masa-masa pertumbuhan mereka.

Tuturan  di atas selaras dengan tulisan Alexis Carrel bahwa pembentukan kepribadian anak bermula dalam keluarga dan sejak anak masih di buaian. Ketika itu pikiran-pikiran pendidik, perasaan, dan jiwanya dapat diserap oleh anak bagaikan pasir menyerap tetesan-tetesan air. Abdullah berpendapat dalam buku Menjadi Ibu Ideal. Menurutnya ibu yang ideal adalah ibu yang berhasil dalam menjalankan peranannya secara maksimal sebagai seorang ibu. Ia harus dapat membaca pribadi anak-anaknya, persoalan dan problem yang dihadapi, ibu dapat berinteraksi dengan mereka, cara mendidik dan mengajarkan Al Qur’an, cara mengajarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama dan pendidikan, serta memiliki pengetahuan tentang sarana pendidikan modern dan cara penggunaannya. Begitu juga dengan pendapat Arfah dalam buku Menjadi Wanita Shalihah, bahwa: ibu adalah yang mewarnai, membentuk, mengajarkan agama (shibghah) pertama bagi watak dan kepribadian anak. Ibu sebagai bayangan yang paling mendekati dengan kepribadian anak. Jika ia baik, akan baik lah anak-anaknya.

Ibu menjadi tumpuan harapan penerus generasi, di atas pundaknya terletak cemerlangnya generasi yang akan lahir. Teringat cerita dari Ummu Al Fadhl. Suatu ketika aku menimang seorang bayi. Rasul saw. kemudian mengambil bayi itu dan menggendongnya. Tiba-tiba sang bayi buang air kecil dan membasahi pakaian Rasul. Segera saja kurenggut secara kasar bayi itu dari gendongan Rasul. Rasul pun menegurku dan berkata “Pakaian yang basah ini dapat diberihkan oleh air, tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan dalam jiwa sang anak akibat renggutanmu yang kasar itu”. Inilah tampaknya rahasia anjuran Rasul saw. Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka. Allah memberi rahmat kepada seseorang yang membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.

Didikan dan bimbingan seorang ibu dengan penuh tanggung jawab diharapkan oleh anak-anaknya. Selaras dengan Ali Qaimi dalam buku Buaian Ibu membagi jenis-jenis bimbingan, antara lain: pertama, bimbingan pemikiran, maksudnya seorang ibu penting sekali memberikan bimbingan berupa pemikiran atau jalan yang akan dilaluinya dengan baik. Ibu membimbing anak dan menjauhkannya dari pikiran-pikiran buruk, pendapat yang tidak masuk akal dan ibu jangan mencela rasa ingin tahu anak dikala bertanya. Dengan semikian, anak mampu mengenali dirinya, mengikuti akalnya dalam berbuat serta berkepribadian baik. Kedua, bimbingan kebudayaan, maksudnya seorang ibu harus bersikap lebih hati-hati dalam mengenali kebudayaan kepada anak. Kebudayaan terbentuk dari seorang ibu yang membimbing anak melalui bahasa. Berakar dari bahasa ibu dan anak akan bertukar pikiran, sehingga terbentuklah sebuah kebudayaan, nilai-nilai etika dan nilai-nilai perbuatan. Ketiga, bimbingan kemasyarakatan, maksudnya seorang ibu perlu sekali membimbing anak tentang hubungan sosial, mulai dari cara bergaul anak dengan orang yang di sekelilingnya yaitu ibu, ayah, kakak, adik, kakek, nenek, paman, tante, serta tetangga. Dengan demikian anak tumbuh menjadi anak yang realistis. Keempat, bimbingan akhlak, maksudnya dalam genggaman seorang ibulah anak melihat, meniru, serta mempraktikkan yang anak lihat, dengar, rasa dari seorang ibu. Karena cara yang digunakan ibu dalam menanamkan akhlak pada pribadi anak sangat menentukan bagi kepribadiannya. Kelima, bimbingan agama, maksudnya seorang ibu yang menjadi figur pertama bagi anak dalam memahami agama. Karena dengan bimbingannya melalui perilaku, perkataan, shalat, doa serta perbuatan baik lainnya, anak akan mengenal dengan penciptanya dengan baik. (syatkmf)

Share: