A R T I K E L

Pembelajaran Kolaboratif

oleh

Dr Rusma Noortyani M.Pd

(Baca Juga : THR untuk Kebersamaan)

Dosen FKIP ULM/Ketua Yayasan Nur Amalia

 
Pendidikan dapat menciptakan keberhasilan yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat masa kini dan masa mendatang. Seiring dengan hal tersebut, lembaga pendidikan dalam menjalankan fungsinya terus memiliki harapan tentang bentuk lulusan yang dihasilkan. Lulusan yang dihasilkan akan melalui aktivitas pendidikan yang mengintegrasikan dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan hasil belajar mengajar yang dituju meliputi keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, serta sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004).

Proses pendidikan melibatkan guru, siswa, kurikulum, dan sarana prasarana. Pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan tersebut tertuju pada perilaku guru ketika mengajar dan perilaku siswa saat belajar. Guru menjadi faktor yang paling utama karena guru merupakan harapan dan kepercayaan dari para orang tua siswa untuk mengoptimalkan kemampuan anak-anaknya. Dalam proses belajar anak memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Untuk itu, guru lebih selektif ketika memahami gaya belajar yang paling tepat untuk anak.

Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada proses daripada hasil yang didasari bahwa setiap orang pasti mempunyai potensi yang dimiliki. Pembelajaran kolaboratif menjadi suatu pembelajaran yang fokus pada keberhasilan proses. Ketika diintegrasikan dengan pembelajaran, aktivitas siswa untuk saling bertukar ide atau pikiran menjadi semakin mudah. Guru dapat ikut menempatkan tempat duduk yang paling tepat untuk siswa karena kelas adalah tempat berkonsentrasi. Pemanfaatan proses pembelajaran kolaboratif oleh guru diterapkan melalui aktivitas mengajukan gagasan, mengajukan kritik, pertanyaan, ataupun masukan, dan melakukan refleksi terhadap tanggapan tersebut. Pembelajaran ini lebih unggul dalam mengembangkan kemampuan memperoleh informasi, memahami, mengemukakan ide, dan menanggapi ide.

Siswa memiliki karakteristik tertentu yang khas. Mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar (Sujiono, 2009). Siswa belajar dengan melihat, melakukan, dan mendengar. Pembelajaran yang demikian akan menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan dan membuat siswa dapat berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar.

Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Untuk itu guru dapat menerapkan prinsip belajar aktif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangannya. Belajar sambil beraktivitas membuat siswa lebih mudah menyenangi pelajaran. Proses melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan dengan menggunakan sistem penilaian yang dapat menggambarkan keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar (Yus, 2011).

Pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik siswa terdiri dari menerapkan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, menggunakan berbagai metode, dan memanfaatkan media yang dapat memotivasi. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berlangsung lebih menarik, interaktif, dan menyenangkan. Hal tersebut tercipta apabila guru dan siswa saling bekerja sama untuk kualitas pembelajaran yang dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik. (syatkmf)